Di antara doa-doa untuk orang tua yang tercantum dalam Al Qur’an adalah sebagai berikut:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
Robbirhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [Al Israa’:24]
Robbanaghfir lii wa lii waalidayya wa lilmu’miniina yawma yaquumul hisaab
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” [Ibrahim:14]
Robbighfir lii wa li waalidayya wa li man dakhola baytiya mu’minan wa lilmu’miniina wal mu’minaati wa laa tazidizh zhoolimiina illa tabaaro
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” [Nuh:28]
Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Saturday, 6 August 2011
Doa untuk orang yang sudah meninggal
Alloohummaghfir li (nama) warfa' darajatahuu fil mahdiyyiin wakhlufhu fii aqibihii fil ghaabiriin waghfir lanaa walahuu yaa rabbal aalamiin wafsah lahuu fii qabrihi wa nawwir lahuu fiihi,ya Alloh ampunilah (nama) angkatlah derajatnya dlm kelompok org2 yg mendapat petunjuk berilah penggantinya s sdh kepergiannya menyusul org2 yg tlah berlalu,ampunilah kami&dia,wahai Tuhan alam semesta berikanlah dia kelapangan d dlm kuburnya&terangilah dia d dlm kuburnya@Hr Muslim no 456
Thursday, 4 August 2011
PANDUAN LENGKAP SEMBAHYANG
Berwudhu |
Berwudhu
Cara atau jalan untuk membina mental dan rohani sungguh banyak sekali. Jalan yang pasti ialah mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengekalkannya yang disebut sebagai ibadah. Salah satu mata rantai ibadah itu adalah Wudhu'. Kegunaan Air Wudhu
Alat Yang Dipakai Alat yang dipakai ialah air. Meskipun demikian, air yang digunakan untuk berwudhu' adalah air yang suci lagi menyucikan (pengertiannya?), iaitu: Air hujan, Air Sumur, Air Sungai, Air Laut, Air dari mata Air, Air Telaga, Air Danau, Air Ais, Air Ledeng. Cara-caranya Berniat dalam hati bahawa berwudhu' untuk..., lalu:
Bila dikerjakan seperti di atas, maka wudhu' sudah sah. Berwudhu' yang lebih sempurna Bila ingin berwudhu' lebih sempurna, yakni sempurna lahiriah dan sempurna pula dalam ganjaran, maka kerjakanlah tabahan-tambahannya dengan cara sebagai berikut: 1. Mulailah dengan mengucapkan Bismillaahir rahmaanir rahiim... 2. Menghadaplah kearah kiblat 3. Usahakanlah berwudhu' dengan tidak meminta bantuan orang lain, seperti menimba, dan sebagainya. 4. Basuhlah jari-jari tangan dengan menyelat-nyelatinya. Dan bagi jari yang bercincin, jam atau perhiasan yang dipakai di jari-jari lainnya, bukalah perhiasan tersebut agar air dapat merata membasahi seluruh jari-jari. 5. Berkumur-kumur. 6. Masukkanlah air ke dalam hidung, lalu keluarkanlah kembali (istinsyaq). 7. Gosoklah gigi untuk menghilangkan sisa makanan dan bau mulut yang kurang sedap. 8. Mulailah dengan anggota wudhu'yang sebelah kanan. 9. Ulangilah masing-masing sampai tiga kali (3X). 10. Ratakanlah air hingga membasahi seluruh anggota wudhu' 11. Ketika menyapu kepala, ratakan seluruhnya (letakkan ibu jari samping kiri dan kanan kepala, lalu putarlah telapak tangan dari depan ke belakang, kemudian kembali ke depan (cukup sekali). 12. Basuhlah telinga dengan memasukkan telunjuk ke lubang telinga, ibu jari dibelakang telinga. 13. Bila selesai berwudhu', hadapkan muka ke arah kiblat dan berdoalah dengan membaca:
14. Lakukanlah solat sunnat wudhu' dua raka'at. Hal-hal yang Membatalkan Wudhu' 1. Keluar sesuatu dari "dua pintu" belakang seperti buang angin (kentut), buang air besar atau kecil, haid atau nifas, dan sebaganya. 2. Hilang akal (kerana sakit, mabuk, gila dan sebagainya) . 3. Bersetubuh. |
Tayammum |
"Manakala seorang muslim atau mukmin itu berwudhu, lalu ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu semua dosa yang dilihat oleh matanya bersama air atau bersama titisan yang terakhir dari air. Manakala ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah (terusir) semua dosa yang tersentuh oleh kedua tangannya bersama air atau bersama-sama dengan titisan terakhir dari air. Manakala ia membasuh kedua kakinya, maka sirnalah semua dosa yang pernah dijalani oleh kakinya bersama air atau bersama titisan air yang terakhir, sehingga keluar (selesailah) dalam keadaan bersih dari dosa-dosa." (Hr Imam Muslim dari Abu Hurairah). Air Wudhu Wudhu merupakan salah satu ibadah yang khas yang dapat dipakai untuk solat, thawaf, hendak tidur, jalan keluar rumah, serta memelihara jiwa dan raga dari berbagai cacat. Wudhu dengan air bersih dan murni bererti meniti kosmetik tradisional dan anti biotik alamiah, kerana itu, Islam tidak membenarkan berwudhu dengan air musta'mal (air bekas dipakai), air buah-buahan, akar-akaran atau air yang sudah berubah sifat-sifatnya (warna, rasa dan baunya). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahawa wudhu ialah membasuh muka, membasuh kedua tangan hingga dua siku, menyapu kepala, dan membasuh kaki hingga dua mata kaki yang diawali dengan niat dalam hati. Almarhum Buya Hamka, melalui bukunya "Lembaga Hidup" menulis tentang wudhu sbb: "Lima kali sekurang-kurangnya sehari semalam disuruh berwudhu dan solat. Dan meskipun wudhu belum lepas, sunnat pula memperbaharuinya. Oleh ahli tasawuf diterangkan pula hikmah wudhu itu. Mencuci muka, ertinya mencuci mata, hidung, mulut dan lidah, kalau-kalau tadinya berbuat dosa ketika melihat, berkata dan makan. Mencuci tangan dengan air, dalam hati dirasa seakan-akan membasuh tangan yang terlanjur berbuat salah. Membasuh kaki, dan lain-lain demikian pula. Mereka perbuat hikmat-hikmat itu, meskipun di dalam hadis dan dalil tidak bertemu, adalah supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja, padahal bathinnya masih tetap kotor. Hatinya masih khizit, loba, tamak, rakus, sehingga wudhunya lima kali sehari itu tidak berbekas diterima Allah, dan sembahyangnya tidak menjauhkan dari pada fahsya (keji) dan mungkar (dibenci)". Penulis "Lembaga Hidup" sengaja merangkaikan keutamaan wudhu dengan masalah kesehatan badan dan kebersihannya, lalu dihubungkan dengan sabda Nabi Muhammad s.a.w Tulisnya: "Bukan kita hidup mencari puji, bukan pula supaya kita paling atas di dalam segala hal. Meskipun itu tidak kita cari, kalau kita menjaga kebersihan, kita akan dihormati orang juga". Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w: "Perbaguslah pakaianmu, perbaiki tunggangan (kenderaan) mu, sehingga kamu laksana sebutir tahi lalat di tengah-tengah pipi, di dalam pergaulan dengan orang banyak". Allah s.w.t. menurunkan wahyu, memberi hidayah penuntun rohani dan jasmani agar keduanya tetap berfungsi dan terpelihara. Rasulullah s.a.w bersabda: "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah pergi ke kuburan, lalu memberi salam : "Assalamu'alaikum Dara Qaumin (perkampungan orang mukmin) dan Insya Allah kami akan menyusul kemudian, saya ingin benar melihat-lihat saudaraku." Berkata sahabat: "Bukankah kami ini adalah saudaramu yaRasulullah? "Ya, kamu adalah sahabatku, dan saudara-saudaraku yang belum datang kini." Sahabat kembali bertanya: "Bagaimanakah engkau dapat mengenal mereka yang belum datang kini dari ummatmu ya Rasulullah?" Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bagaimana pendapatmu jika seorang mempunyai kuda belang putih muka dan kakinya, ditengah-tengah kuda yang semuanya hitam, tidakkah mudah mengenal kudanya?" Para sahabat menjawab : "Benar Ya Rasulullah." "Maka itu ummatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan kakinya sebagai bekas wudhu, dan saya akan membimbing mereka itu ke Haudh (Telaga Syafa'at)" Cahaya, Kebersihan dan Kehidupan Dalam air wudhu yang sakral terdapat cahaya, kebersihan dan kehidupan. Air bekas (mus'tamal) atau tersadur najis, akan menjadi sumber penyakit, buruk bagi fisik, kimia, maupun biologis. Islam pun melarang berwudhu dengan air yang demikian. Air sebagai keperluan vital kehidupan. Al-Qur'an memberi penjelasan bahawa kehidupan dimulai dari air, seperti disebutkan dalam firmannya: "Dan kami telah menciptakan segala sesuatu yang hidup itu dari air, apakah mereka belum mau juga beriman?" (Al-Anbiya:30). Hal-hal Yang Tidak Membatalkan Wudhu Banyak sekali perbuatan yang dikira orang membatalkan wudhu, padahal tidak. Misalnya, seorang pekerja yang berpalitan dengan oli dan minyak, mengira air wudhunya sudah rosak dan wudhunya batal, padahal tidak; sementara yang dianggap remeh ternyata justru membatalkan wudhunya. Beberapa hal yang tidak membatalkan wudhu antara lain: 1. Bersentuhan antara pria dan wanita, sudah dewasa, tanpa lapis, selama tidak mengandung niat yang nafsu dan tak senonoh. Dalam suatu hadis disebutkan: "Aisyah r.a. berkata: Suatu malam aku kehilangan Rasulullah s.a.w. dari tempat tidurku, maka terabalah oleh telapak tanganku pada kedua telapak kakinya yang keduanya dalam keadaan berdiri; dan Rasulullah s.a.w. sedang sujud sambil membaca: Allaahumma innii a'udzu biridhaaka, min sakhatika, wa a'uudzu bimu' aafaatika min uquubatika, wa a'uudzu bika minka laa uhshiitsanaa'an 'alaika anta kamaa atsnayta 'alaa nafsika." (HR Muslim dan At Turmuzy). Yang erti doanya: "Ya Allah, aku berlindung dengan ridhaMu dari murkaMu, berlindung dibawah naunganMu; ringkasnya aku berlindung kepadaMu daripadaMu. Tiada terhitung puja-pujiku untukMu. Engkau sebagaimana pujianMu atas diriMu sendiri." "Aku tidur dihadapan Rasulullah s.a.w., sedang kakiku berada di arah kiblat. Maka apabila Ia sujud, dirabanya aku dan dipegangnya kakiku". Sementara dalam lafazh yang lain disebutkan :"Maka jika ia akan sujud, kakiku, dirabanya". (HR Bukhary dan Muslim, sumber Aisyah) 2. Keluar darah dari tempat yang lazim, seperti luka, bukan dari qubul atau dubur. 3. Kerana muntah 4. Kerana makan minum. Seperti disebutkan dalam hadits nabi: "Manimunah r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. telah makan di rumahnya dengan panggangan kambing, kemudian Rasulullah s.a.w. langsung solat tanpa memperbaharui wudhu." (HR Bukhary dan Muslim). 5. Terkena segala jenis najis atau kotoran lainnya. Najis tidak menghilangkan wudhu', hanya dia cukup dibersihkan saja. 6. Tersentuh kemaluan tanpa maksud yang lain. Seperti disebutkan dalam hadis: "Bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang orang yang menyentuh kemaluannya, apakah ia wajib berwudhu? Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak, dia adalah sebagian dari tubuhmu sendiri". (HR Lima Ahli Hadits) Perosak Tayammum Tayammum merupakan pengganti wudhu atau mandi. Kerana itu, ia boleh rosak atau batal apabila : 1. Langsung melihat air dan dapat menggunakannya (khusus bagi mereka yang bertayammum kerana tidak ada air). 2. Segala sesuatu yang membatalkan wudhu'. Hal-hal lain yang perlu diketahui ialah: 1. Satu kali tayammum dapat digunakan untuk beberapa solat atau thawaf, baik yang wajib maupun yang sunat. 2. Apabila mendapatkan air, padahal solat sudah dikerjakan dengan tayammum, maka solatnya tidak perlu diulangi lagi. |
Tatacara Shalat |
|
Syarat-syarat Sah SolatApabila kita sudah mempunyai air wudhu bererti kita sudah siap untuk mengerjakan solat. Kita boleh solat dimana saja asalkan di tempat suci. Suci disini maksudnya adalah tidak bernajis. Boleh menggunakan alas seperti sajadah atau apa saja yang bersih, sekalipun tidak memakai alas sama sekali, seperti di atas bumi. Meskipun demikian, yang penting dipersiapkan sebagai persyaratan shalat ialah:
Sesudah mempunyai air wudhu' dan siap untuk solat, maka kita segera dapat memulainya dengan urutan sebagai berikut. Berdiri tegak lurus dengan menghadap ke arah kiblat, disertai dengan niat: "Aku solat...(zuhur, misalnya), wajib kerana Allah". "Usalli fardhu...(Zhuhrii), lillahii ta'ala" Takbiratul Ihram dilakukan dengan mengangkat kedua tangan sampai menyentuh telinga diiringi dengan membaca:
Ucapan "Allahhu Akbar" disebut Takbiratul Ihram (hukumnya wajib) kemudian pada saat peralihan gerak atau sikap, sangat dianjurkan mengucapkan takbir "Allahhu Akbar". Yang perlu diperhatikan, apabila takbir dilakukan dalam keadaan berdiri, maka sebaiknya pengucapan takbir ini disertai dengan mengangkat kedua tangan seperti pada sikap takbiratul ihram. Dan apabila perpindahan gerak atau sikap terjadi dalam keadaan duduk, maka ucapan takbir tidak perlu disertai dengan mengangkat kedua tangan. Semua ucapan takbir dalam shalat hukumnya sunnat, kecuali takbir yang pertama yaitu takbiratul ihram. Selesai membaca takbiratul ihram, tangan langsung disedekapkan ke dada. Yang kanan menghimpit tangan kiri, pergelangan sejajar dengan pergelangan. Kemudian membaca doa iftitah (doa permulaan dan atau doa pembuka) yaitu:
Membaca do'a iftitah hukumnya sunnat. (Selain doa tersebut di atas, masih ada doa'a-do'a iftitah yang lain yang biasa juga dibaca oleh Rasulullah s.a.w.). Selesai membaca do'a iftitah, lalu membaca "ta'awwudz". Bacaan t'awwudz hukumnya sunnat. Lafazhnya yaitu:
Seudah ta'awwudz, lalu membaca surah Al Fatihah. membaca surah Al Fatihah pada setiap rakaat solat (wajib/sunnah) hukumnya wajib. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillaahi rabbil'aalamin Arahmaanirrahiim Maaliki yawmiddiin Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iinIhdinash shiraathal mustaqiim Shirathal ladziina an'amta alaihim gahiril maghdhuubi'alaihin waladh dhaalliin Aaamiin Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Segala puji bagi Allah yang memelihara sekalian Alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Yang merajai hari pembalasan Hanya kepada-Mu kami meyembah dan hanya kepada-Mu saja kami mohon pertolongan Tunjukilah kami jalan yang lurus Jalan mereka yang Engkau beri ni'mat, bukan jalan mereka yang engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Kabulkanlah permohonan kami,ya Allah!Sesudah membaca Al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua pada solat wajib, kita disunnatkan membaca surah-surah atau ayat yang lain. Pada rakaat selanjutnya yaitu ketiga dan/atau keempat, kita hanya diwajibkan membaca Al Fatihah saja, sedangkan pembacaan surah atau ayat lainnya tidak diwajibkan. Surah-surah atau ayat-ayat Al Quran yang diinginkan dapat saja kita pilih diantara sekian banyak surah dari Al Quran. Sebaiknya usahakanlah tetap membaca surah atau beberapa ayat Al Quran sesudah al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua (pada solat wajib) misalnya:
Di dalam ruku membaca :
atau
*Boleh dipilih salah satu di antara kedua do'a tersebut. I'tidal atau bangun dari ruku seraya mengangkat kedua tangan membaca:
Bagi orang yang telah lancar bacaannya, maka pujian bangun dari ruku dapat diperpanjang dengan:
Bacaan dalam sujud:
Atau boleh juga membaca pujian seperti pujian No. 2 dalam ruku yaitu:
Ketika duduk diantara dua sujud membaca:
Atau boleh juga membaca:
[ kembali ke atas ] Bacaan dalam sujud kedua, sama dengan bacaan dalam sujud pertama yaitu:
Bacaan-bacaan dalam ruku, i'tidal, sujud, dan ketika duduk diantara dua sujud dalam solat, semuanya sunat (tidak wajib) yang amat dianjurkan. Sikap berdiri pada rakaat kedua sama dengan sikap berdiri pada rakaat pertama, yaitu dengan bersedekap tangan ke dada, yang kanan di atas yang kiri. Mulai dengan membaca ta'awwudz:
Kemudian diteruskan dengan membaca surah Al-Fatihah. Sesudah membaca Al-Fatihah, kembali pada rakaat kedua ini dianjurkan untuk membaca pula satu surah atau beberapa surah atau ayat-ayat suci Al Quran. Kemudian kembali melakukan ruku. Sikap dan bacaan ruku di rakaat kedua ini sama dengan sikap dan bacaan pada ruku di rakaat pertama. Sama dengan I'tidal pada rakaat pertama, bangkit serta mengangkat kedua tangan seraya membaca do'a i'tidal. Bacaan di dalam sujud ini sama dengan bacaan pada sujud di rakaat pertama. Bacaan doa ketika duduk diantara dua sujud pada rakaat kedua sama dengan bacaan pada rakaat pertama. Sikap dan bacaan pada sujud kedua pada rakaat kedua sama juga dengan sikap dan bacaan pada sujud-sujud sebelumnya. Sikap duduk pada tahiyyat pertama (Tawarruk, keadaannya sama ketika duduk antara dua sujud menduduki kaki kiri, sedang kaki kanan tegak dengan jarijari kaki menghadap kiblat). Lain dengan sikap duduk pada tahiyyat kedua atau tahiyyat akhir (ifti-rasy, kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari kaki menghadap ke arah kiblat). Bacaan ketika tahiyyat ialah:
Contoh di atas adalah praktek solat subuh 2 rakaat. Bila Anda solat Maghrib 3 rakaat, maka bacaan tahiyyat pertama rakaat kedua cukup samapai pada "Allaahumma shalli 'alaa Muhammad" dan akhir rakaat ketiga bacaan tahiyyat dibaca dengan sempurna samapi "hamiidun majiid". Setelah itu memberi salam. Bila anda solat 4 rakaat, yaitu Zohur, Ashar, atau Isya, maka akhir rakaat kedua persis sama dengan akhir rakaat kedua solat Maghrib. Pada akhir rakaat ketiga, tak ada tahiyyat, dan pada akhir rakaat keempat barulah anda sempurnakan bacaan tahiyyat hingga "hamiidun majiid", lalu memberi salam sebagai akhir dari shalat.
Menoleh ke kanan dan ke kiri. Setelah selesai tahiyyat, anda memberi salam dengan membaca:
Sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Perhatian: Ketika membaca tasyahhud (asyhadu..) dalam tahiyyat, telunjuk kanan digerakkan ke atas bagai meyakinkan bahawa Allah itu hanya Esa. |
Solat Jama & Qasar |
Solat Jama Yang dimaksud dengan solat Jama adalah penggabungan dua waktu solat dan dikerjakan dalam satu waktu, misalnya solat Zhuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya. Bila solat Zuhur dikerjakan bersama-sama dengan Ashar di waktu Ashar, maka dinamakan Jama Ta'khir. Sebaliknya bila solat Ashar dikerjakan bersama-sama dengan Zuhur di waktu Zuhur disebut Jama Taqdin. Demikian juga bila solat Maghrib dan Isya dikerjakan bersama-sama pada waktu Maghrib, ia disebut Jama Taqdim, sebaliknya solat Maghrib dengan Isya dikerjakan bersama-sama pada waktu Isya, ia dinamakan Jama Ta'khir. Zuhur, Ashar, Isya dan Maghrib, rakaatnya tetap, 4,4,4, dan 3. Dalam solat Jama' baik yang taqdim maupun takhir, maka solat yang didahulukan mengerjakannya adalah solat yang lebih dulu waktunya. Jadi, bila selesai dengan shalat Zuhur, harus dilanjutkan dengan solat Ashar; begitu pula dengan solat Maghrib dan Isya. Solat Jama boleh dikerjakan oleh orang-orang yang:
Harus ada niat dalam hati bahawa ia mengerjakan solat Jama'. Shalat Qasar Yang dimaksud dengan solat Qashar ialah mengerjakan solat yang empat rakaat menjadi 2 rakaat sahaja, yakni solat Zhuhur, Ashar, dan Isya. Dalam Al Quran disebutkan:
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud dari Yahya bin Mazid r.a. katanya: "Saya telah bertanya kepada Anas tentang mengqashar shalat. Jawabnya: Rasulullah s.a.w. "Apabila ia berjalan jauh 3 mil atau 33 farskah (25,92 km), maka beliau solat dua rakaat" Dalam keterangan lain disebutkan bahwa Umar r.a. bertanya kepada Rasulullah s.a.w. :"Apakah halnya kita, sedangkan kita telah aman".Rasulullah s.a.w. menjawab: "Itu adalah sadakah yang diberikan Allah s.w.t. kepada kamu, maka terimalah sedekahnya itu" (HR Ja'la bin Umayyah) Solat Qashar boleh dikerjakan oleh seseorang yang tengah berpergian (musafir) baik dalam keadaan aman, maupun dalam keadaan ketakutan; baik perjalanan wajib atau biasa, asalkan perjalanan yang bukan maksiat. Dalam perjalanan Haji, menuntut ilmu, berdagang, mengunjungi sahabat dan lain-lain, halal untuk mengqasharkan solat. Adapun solat qashar saja, maupun qasahar dan jama' yang dilakukan seseorang selama masa perjalanan, maka setelah ia tiba dirumah kembali, solatnya tidak perlu diulangi. Seorang musafir, boleh mengerjakan jama' dan qashar sekaligus. Bila ingin mengerjakan jama, dan qashar, jika ingin azan, maka azannya cukup satu kali saja dan iqamahnya dua kali. Caranya, mula-mula azan, lalu iqamah dan solat. Bila telah selesai ia iqamah sekali lagi untuk solat berikutnya. Solat qashar adalah bagian dari ketetapan agama Islam. Boleh jama' di dalam negeri "Telah berkata Ibnu Abbas: Rasulullah s.a.w. pernah sembahyang jama' antara Zuhur dan Ashar, dan antara Maghrib dan Isya, bukan diwaktu ketakutan dan bukan di dalam pelayaran (safa). Lantas ada orang bertanya kepada Ibnu Abbas: "Mengapa Rasulullah s.a.w. berbuat begitu? Ia menjawab: "Rasulullah s.a.w. berbuat begitu kerana tidak mahu memberatkan seorangpun daripada umatnya". (HR Imam Muslim) Boleh Seketika, Tetapi Bukan Leluasa Bila anda berpergian sebelum tergelincir matahari (yaitu sebelum Zuhur dan ternyata Zuhur tidak dapat dikerjakan pada waktunya kerana ada kerumitan atau halangan yang susah dielakkan), maka Zuhur dapat dikerjakan pada waktu Ashar, bersama-sama dengan solat Ashar. Bila anda keluar sesudah tergelincir matahari, yakni sudah dalam Zuhur, sedangkan anda sendiri memperkirakan tidak mungkin ada kesempatan untuk mengerjakan solat Ashar tepat pada waktunya, maka Ashar dapat anda kerjakan bersama-sama solat Zuhur di waktu Zuhur itu juga, demikian halnya dengan solat Maghrib dan Isya. Yang Penting Niat Bagi seorang yang betul-betul sibuk dengan tugas yang tidak dapat ditinggalkan (atau bila ditinggalkan dapat merosak), maka baginya ada keizinan/keringanan untuk mengerjakan solat jama' (Zuhur dengan Ashar di waktu Zuhur atau Zuhur dengan Ashar di waktu Ashar. Begitu juga Maghrib dengan Isya, sekali pun ia berada di dalam kota atau negeri. Tetapi, cara yang demikian bukanlah untuk dijadikan kebiasaan, namun dibenarkan bagi yang memang memerlukan, baik dalam solat atau diluar solat. Pada waktu sujud dianjurkan membaca: Sajada wajhiya lilladzii khalaqahu wasyaqqa sam'ahu wabasharahu bihawlihi waquwwatihi. (Aku bersujud kepada Allah yang menciptakannya, memberikan pendengaran dan penglihatan dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya) Catatan: Bila diluar solat, pembacaan ayat yang ditentukan melakukan sujud tilawah, maka pendengar (menyaksikan) dianjurkan ikut bersujud; bila mereka tidak ikut bersujud, maka tidak akan berdosa. Bila dalam solat jamaah, Imam bersujud tilawah, maka makmum wajib ikut bersujud, bila makmum tidak bersujud, maka gugurlah kedudukannya sebagai anggota solat berjamaah. |
Solat Berjamaah |
Solat berjamaah adalah solat yang dilakukan secara bersama, dipimpin oleh yang ditunjuk sebagai imamnya. Solat-solat yang bisa dikerjakan berjamaah adalah:
Cara Melakukan Berniat dalam hati bahawa ia menjadi makmum atau iman. Adapun seseorang yang pada mulanya solat sendirian, kemudian ada orang lain yang mengikuti di belakangnya, baginya tidak dituntut sebagai imam. Makmum tidak dibenarkan mendahului imam, baik tempat berdirinya maupun gerakannya selama solat berjama'ah berlangsung. Makmum diharuskan mengikuti sikap/gerak imam, tidak boleh terlambat apa lagi sampai tertinggal hingga dua rukun solat. Apabila makmum menyalahi gerakan imam (sengaja tidak mengikutinya) maka putuslah arti jama'ah baginya; dan ia disebut mufarriq. Antara imam dan makmum harus berada dalam satu tempat yang tidak terputus oleh sungai atau tembok mati kerana itu berjamaah melalui radio atau seumpamanya dalam jarak jauh, tidak memenuhi syarat berjamaah. Imam hendaklah orang yang berdiri sendiri, bukan orang yang sedang makmum kepada orang lain. Selain itu, imam hendaklah seorang laki-laki. Perempuan hanya dibenarkan menjadi imam sesama perempuan dan anak-anak. Solat berjamaah hukumnya sunnah muakkad yaitu sunnat yang sangat dianjurkan. Perbedaan nilai solat berjamaah, 27 kali lebih baik daripada solat sendirian (munfarid). Solat berjamaah paling sedikit adalah adanya seorang imam dan seorang makmum. Bila seseorang terlambat mengikuti solat berjamaah, hendaklah ia segera melakukan takbiratul ihram, lalu berbuat mengikuti imam sebagaimana adanya. Bila imam sedang duduk, hendaklah ia duduk, bila iamam sedang sujud iapun harus sujud; demikian seterusnya. Apabila imam sudah memberi salam, hendaklah ia bangun kembali untuk menambah kekurangan raka'at yang tertinggal dan kerjakanlah hingga raka'atnya memenuhi. Ukuran satu rakaat solat ialah ruku'. Bila seseorang mendapatkan imam ruku dan dapat mengikutinya dengan baik, maka ia mendapatkan satu rakaat bersama imam. Rasulullah s a.w. bersabda: "Apabila seseorang di antara kamu mendatangi shalat, padahal imam sedang berada daam suatu sikap tertentu, maka hendaklah ia berbuat seperti apa yang sedang dilakukan oleh imam". (HR Turmudzi dan Ali r.a. ) Hikmah Berjamaah Solat berjamah mengandung faedah dan manfaat yang bervariasi sesuai dengan kepentingan umat dan zaman. Melalui jamaah, silaturahmi antar umat, disiplin, dan berita-berita kebajikan dapan dikembangkan dan disebarkan luaskan. Rasulullah s a.w. bersabda: Solat berjamaah itu lebih utama nilainya dari solat sendirian, sebanyak dua puluh tujuh derajat" (HR Bukhari dan Muslim). Imam (Ikutan) Imam adalah ikutan, demikian pengertiannya. Untuk menjadi seorang imam diperlukan beberapa persyaratan yang mengikat. Misalnya memiliki usia yang lebih tua atau dituakan, memiliki pengetahuan tentang Al Quran dan hadits Rasulullah s a.w., memiliki keindahan bacaan dengan ucapan yang fasih (kalau di zaman Rasulullah s a.w., peribadi-peribadi yang lebih dahulu hijrah diperhatikan untuk menjadi imam. Kerana imam adalah ikutan, maka pemilihan pribadi amat diperhatikan. Pro dan kontra yang berlebihan atas seseorang imam kerana dosa besarnya yang menonjol, pasti akan membubarkan jamaah. Adapun dalam kesalahan umum, maka semua manusia tidak suci dari dosa. Seorang yang biasa menjadi imam, maka tidak ada salahnya untuk sewaktu-waktu ia berada di belakang imam yang lain. Walau dia sendiri mungkin lebih baik dari imam yang bersangkutan. "Dari Abdullah bin Masud, dia berkata: Rasulullah s a.w. bersabda: "Menjadi Imam dari suatu kaum ialah mana yang lebih baik bacaan Al Qur'annya. Bila semuanya sama bagusnya, hendaklah imamkan mana yang paling alim (banyak tahu) akan sunnah Rasul. Kalau semuanya sama alim tentang sunnah Rasul, maka dahulukan mereka yang lebih dulu hijrah. Kalau mereka sama dahulu hijrah, maka iammkanlah mereka yang lebih tua usianya" (HR Imam Ahmad dan Muslim, dari Abdullah bin Mas'ud). "Kalau mereka ada bertiga, hendaklah diimamkan seorang. Yang lebih berhak menjadi imam ialah yang lebih banyak bacan (tahu tentang bacaan Al Qur'annya)". (HR Imam Muslim, Ahmad dan Nasa'i dengan sumber Abi Said Al-Khudry). "Tidaklah halal bagi seorang mukmin yang imam kepada Allah s.w.t. dan hari akhir yang mengimami sesuatu kaum kecuali atas izin kaum itu. Dan janganlah ia mengkhususkan satu do'a untuk dirinya sendiri dengan meninggalkan mereka. Kalau ia berbuat demikian, berkhianatlah ia kepada mereka". (HR Abu Daud dari Abu Hurairah) Keadaan Shaf Solat salah satu ibadah yang menghubungkan peribadi kepada Allah s.w.t., dan juga mengatur hubungan sesama manusia. Solat yang baik mendatangkan tamsil yang indah dan berguna. Shaf yang baik akan menghemat tempat, merapikan barisan dan kesatuan jamaah serta mendatangkan nilai tambah bagi ibadah itu sendiri, bahkan menjadi cermin disiplin kehidupan dan pergaulan. Rasulullah s a.w. bersabda: "Aturlah shaf-shaf kamu dan dapatkanlah jarak antaranya, ratakanlah dengan tengkuk-tengkuk". (HR Imam Abu Dawud dan An Nasa'i disahihkan Ibnu Hibban dari Anan). Sering orang mengira bahawa shaf yang baik adalah shaf yang dilakukan secara santai-lapang. Tidaklah demikian sebenarnya. Untuk Shaf yang Baru Bila shaf terisi penuh, maka mulailah dengan shaf yang baru dari arah sebelah kanan. Bila yang terbelakang hanya seorang diri, maka usahakanlah ia dapat masuk shaf yang sudah ada; atau tariklah seorang anggota shaf yang ada untuk menemaninya (yang ditarik pasti mahu, andaikan ia mengerti tata tertibnya). Shaf Kaum Wanita Shaf kaum wanita sebaiknya terletak di belakang shaf kaum lelaki, sementara shaf anak-anak berada di tengah; demikian bila dimungkinkan. Bila tidak, shaf makmum lelaki dan wanita bisa diatur secara sejajar; atau mungkin tercampur sama sekali, bagaikan jamaah musim haji di masjidil Haram, Makkah. Shaf yang bercampur baur sebenarnya kurang baik, bahkan mudah mengandung fitnah; sementara solat itu sendiri mencegah kekejian dan kemungkaran, yang akan mendatangkan fitnah, apalagi jika melakukan solat. Rasulullah s a.w. bersabda: "Sebaik-bauknya shaf kaum lelaki itu di depan, dan seburuk-buruknya ialah di bagian belakangnya, dan sebaik-baiknya shaf kaum wanita itu ialah pada bagian akhirnya dan sejelek-jeleknya ialah di bagian depannya". (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah). Pengganti Imam Bila solat berjamaah, sebaiknya orang yang di belakang imam adalah mereka yang merasa dirinya siap sebagai pengganti, bila tiba-tiba imam mendapat halangan, umpamanya batal, jatuh sakit, lupa ingatan, terlupa rukun dan sebagainya. Apabila seseorang solat di sebuah masjid di luar asuhan atau daerahnya sendiri, maka dia tidak boleh langsung bertindak menjadi imam, kecuali bila diminta. Mungkin saja disana sudah ada jadwal imam tetap. Begitu pula bila ia bertamu, kerana yang paling hak menjadi imam adalah tuan rumah sendiri, kecuali bila ia diminta. Imam Yang Arif Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah s a.w. bersabda: "Manakala seseorang di antara kamu solat bersama-sama orang banyak, maka hendaklah ia meringankan (memendekkan) bacaan surat atau ayat-ayatnya. Mungkin ada diantara jamaah yang tidak tahan lama berdiri, ada yang sakit, atau ada yang sudah tua. Dan manakala seseorang dari kamu itu solat sendirian, maka silakan ia memanjangkan bacaan sekehendaknya". (HR Bukhari dan Muslim). Khutbah dipendekkan dan solat diperpanjang, demikian petunjuk Rasulullah s a.w. Di pejabat, pekerja dibatasi oleh waktu, maka khutbah yang pendek sangat tepat dan bermanfaat. Khutbah yang seakan-akan cerita bersambung, membosankan, akhirnya jama'ah berbual dan mengantuk. Ringkasan
|
KEWAJIPAN IBADAT PUASA
Firman Allah S.W.T: “ Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Surah albaqarah ;183
Surah albaqarah ;183
Hadis Rasulullah s.a.w: Ditegaskan oleh Rasulullah s.a.w melalui sabdanya yang diriwayatkan oleh Ahmad, An- Nasa'i dan Al Baihaqi dari Abu Hurairah, yang bermaksud:
|" Sesungguhnya telah datang kepada kamu bulan Ramadhan bulan yang penuh berkat. Allah telah fardhukan ke atas kamu berpuasa padanya. Sepanjang bulan Ramadhan itu dibuka segala pintu Syurga dan ditutup segala pintu neraka serta dibelenggu segala syaitan......."}}
Niat puasa Ramadhan
Tidak wajib dan tidak juga sunat berniat dalam bahasa Arab, memadai dalam bahasa Melayu atau apa-apa bahasa yang kita fahami. Tetapi baik dan berpahala jika diamalkan dalam bahasa Arab dengan niat kita cinta kepada bahasa Arab sebagai bahasa Nabi Muhammad s.a.w. dan bahasa Al-Quran.
Lafaz niat
Lafaz setiap malam. Niat ringkas:
نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ لِلَّهِ تَعَالَى
Niatnya: Sahaja aku puasa Ramadhan kerana Allah Taala.
Lafaz lengkap:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى
Niatnya: Sahaja aku puasa esok hari pada bulan Ramadhan tahun ini kerana Allah Taala.
- Sebenarnya bangun untuk bersahur itu sudah dikira berniat untuk berpuasa.
Lafaz niat puasa Ramadhan sepenuhnya untuk sebulan:
Lafaznya:
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ كِلِّهِ لِلَّهِ تَعَالَى
Niatnya: Sahaja aku berpuasa sebulan Ramadhan tahun ini kerana Allah Taala.
- Digalakkan berniat puasa untuk sebulan dengan sekali niat pada malam pertama Ramadhan bagi mengelakkan daripada tidak sah puasa kerana terlupa berniat pada malamnya, kita mengikut Imam Malik yang membolehkan berniat untuk sebulan sekali gus.
- Namun begitu, jika puasa Ramadhan kita terputus oleh sesuatu sebab, seperti haidh, sakit atau lain-lain, maka niat puasa sebulan itu tidak lagi memadai untuk hari-hari puasa yang seterusnya, tetapi, hendaklah diperbaharui niat apabila tidak ada lagi perkara yang menghalang daripada puasa berturut-turut tersebut. Maksudnya, dengan memperbaharui niat sekali lagi bagi semua hari-hari puasa Ramadhan yang berbaki, iaitu niatnya:
- “Sahaja aku berpuasa esok dan sehingga akhir Ramadhan ini kerana Allah Ta’ala”.
Waktu berniat
Waktu berniat bermula daripada terbenam matahari, yakni masuk waktu sembahyang fardhu Maghrib hinggalah sebelum terbit fajar shadiq (waktu Subuh). Oleh itu, bolehlah dilakukan niat puasa pada mana-mana bahagian daripada waktu tersebut, walaupun semasa berbuka.
KEWAJIPAN MENGERJAKAN HAJI
Setiap muslim yang sejati, pasti ingin menunaikan ibadah haji yang merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Namun, belum semua muslim bisa menunaikan ibadah tersebut, baik karena faktor waktu, biaya maupun fisik dan kendala-kendala lainnya.
PENGERTIAN
Secara harfiyah, haji artinya membuat keputusan untuk mengunjungi tempat yang suci. Disebut demikian karena, seorang muslim memang harus membuat dan mengambil keputusan untuk mengunjungi Makkah sebagai tanah suci guna menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima.
HUKUM DAN KEDUDUKAN
Dari pengertian di atas, maka kita bisa mengambil kesimpulan tentang hukum menunaikan haji, yakni wajib apabila seorang muslim telah memiliki kemampuan, baik kemampuan fisik, mental maupun material. Namun kewajiban haji hanyalah sekali saja dalam kehidupan seorang muslim, sedang pelaksanaan haji yang kedua dan seterusnya termasuk sunat. Dalam satu hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw berpidato dengan menyatakan: "Hai manusia! Allah telah mewajibkan haji atasmu, maka tunaikanlah". Seorang sahabat bertanya: "Apakah setiap tahun ya Rasulullah?". Nabi diam, hingga orang itu mengajukan pertanyaannya tiga kali. Kemudian Nabi bersabda: "Andaikan saya katakan "ya", maka akan menjadi wajib, sedang kamu tak akan sanggup memenuhinya" (HR. Bukhari dan Muslim).
Meskipun kewajiban haji hanya sekali dalam seumur hidup, namun menunaikannya harus dilakukan sesegera mungkin apabila kemampuan sudah dimiliki, Rasulullah Saw bersabda:
Barangsiapa hendak menunaikan haji, hendaklah dilakukannya dengan segera, karena mungkin diantara kamu ada yang sakit, hilang kendaraannya atau ada keperluan lainnya (HR. Ahmad, Baihaqi, Thahawi dan Ibnu Majah).
Ibadah Haji itu sendiri memiliki kedudukan yang amat mulia di sisi Allah Swt, karena itu ibadah ini seringkali disebut dengan puncak pengalaman rohani. Disebut demikian karena ibadah-ibadah lain terangkum dalam ibadah haji. Shalat ada dalam haji, nilai puasa terdapat dalam haji, berkorban juga demikian dan begitulah seterusnya.
KEUTAMAAN HAJI
Ibadah haji adalah ibadah yang memiliki keutamaan yang sangat besar dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya. Di dalam Al-Qur'an maupun hadits-hadits, dikemukakan tentang sejumlah keutamaan dari ibadah haji itu.
1. Amal Yang Paling Utama.
Dalam banyak hadits, Rasulullah Saw menyebutkan tentang amal-amal yang utama, salah satunya adalah menunaikan ibadah haji. Dalam satu hadits, dikisahkan:
Dalam banyak hadits, Rasulullah Saw menyebutkan tentang amal-amal yang utama, salah satunya adalah menunaikan ibadah haji. Dalam satu hadits, dikisahkan:
Rasulullah Saw ditanya tentang amal yang paling utama. Maka ujarnya: "Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya". Orang itu bertanya lagi: "Kemudian apa?". Rasul Menjawab: "Berjihad di jalan Allah". Orang itupun bertanya lagi: "Kemudian apa lagi?". Jawab Nabi: "Haji yang mabrur" (HR dari Abu Hurairah ra).
2. Bagian Dari Jihad Di Jalan Allah.
Haji juga disebut oleh Rasulullah Saw sebagai ibadah yang derajatnya sama dengan jihad fi sabilillah, karenanya apabila seseorang -terutama orang tua, orang yang lemah dan wanita- mati sewaktu menunaikan ibadah haji, bisa saja digolongkan matinya itu seperti mati syahid. Dalam atu hadits dijelaskan:
Haji juga disebut oleh Rasulullah Saw sebagai ibadah yang derajatnya sama dengan jihad fi sabilillah, karenanya apabila seseorang -terutama orang tua, orang yang lemah dan wanita- mati sewaktu menunaikan ibadah haji, bisa saja digolongkan matinya itu seperti mati syahid. Dalam atu hadits dijelaskan:
Bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw, katanya: Saya ini penakut dan saya ini lemah. Ujar Nabi: "Ayolah berjihad yang tidak ada kesulitannya, yaitu menunaikan haji" (HR. Thabrani dari Husein bin Ali).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah Saw bersabda: " Jihad orang yang tua, lemah dan wanita ialah menunaikan haji" (HR. Nasa'i).
Oleh karena itu mengeluarkan dana untuk menunaikan ibadah haji juga termasuk mengeluarkan dana untuk perang di jalan Allah sebagaimana terdapat dalam hadits Nabi Saw:
Mengeluarkan biaya untuk keperluan haji sama dengan mengeluarkannya untuk perang di jalan Allah: satu dirham menjadi tujuh ratus kali lipat (HR. Ahmad, Thabrani dan Baihaqi).
3. Dapat Menghapuskan Dosa
Setiap orang yang berdosa tentu ingin agar dosa-dosanya terhapus atau diampuni Allah Swt, ibadah haji merupakan ibadah yang dapat menghapuskan dosa-dosa orang yang melaksanakannya, bahkan bisa seperti bayi yang baru dilahirkan, yakni dalam keadaan tidak punya dosa, Rasulullah Saw bersabda:
Setiap orang yang berdosa tentu ingin agar dosa-dosanya terhapus atau diampuni Allah Swt, ibadah haji merupakan ibadah yang dapat menghapuskan dosa-dosa orang yang melaksanakannya, bahkan bisa seperti bayi yang baru dilahirkan, yakni dalam keadaan tidak punya dosa, Rasulullah Saw bersabda:
Barangsiapa mengerjakan haji dan ia tidak bercampur pada waktu terlarang serta tidak berbuat maksiat, maka ia akan kembali seperti saat dilahirkan ibunya (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Menjadi Duta-Duta Allah
Salah satu bentuk kemuliaan jamaah haji adalah disebut sebagai duta-duta Allah sehingga hubungannya kepada Allah menjadi sangat dekat, karena itu manakala seorang jamaah haji berdo’a, apalagi berdo’a nya di tempat-tempat yang mustajabah, maka insya Allah akan dikabulkan, Rasulullah Saw bersabda:
Salah satu bentuk kemuliaan jamaah haji adalah disebut sebagai duta-duta Allah sehingga hubungannya kepada Allah menjadi sangat dekat, karena itu manakala seorang jamaah haji berdo’a, apalagi berdo’a nya di tempat-tempat yang mustajabah, maka insya Allah akan dikabulkan, Rasulullah Saw bersabda:
Orang yang mengerjakan haji dan umrah merupakan duta-duta Allah. Maka jika mereka memohon kepada-Nya, pastilah dikabulkan-Nya dan jika mereka meminta ampun, pastilah diampuni-Nya (HR. Nasa'i dan Ibnu Majah).
5. Memperoleh Balasan Syurga
Bisa masuk ke dalam syurga merupakan dambaan setiap muslim. Karena Allah telah menyebutkan jamaah haji sebagai duta Allah dan memperoleh ampunan, maka kepada orang yang sudah menunaikan haji dengan baik akan dianugerahi oleh Allah syurga-Nya yang penuh dengan kenikmatan, Rasul Saw bersabda: Umrah kepada umrah menghapuskan dosa yang terdapat diantara keduanya, sedang haji yang mabrur tidak ada ganjarannya selain syurga (HR. Bukhari dan Muslim).
Bisa masuk ke dalam syurga merupakan dambaan setiap muslim. Karena Allah telah menyebutkan jamaah haji sebagai duta Allah dan memperoleh ampunan, maka kepada orang yang sudah menunaikan haji dengan baik akan dianugerahi oleh Allah syurga-Nya yang penuh dengan kenikmatan, Rasul Saw bersabda: Umrah kepada umrah menghapuskan dosa yang terdapat diantara keduanya, sedang haji yang mabrur tidak ada ganjarannya selain syurga (HR. Bukhari dan Muslim).
MOTIVASI MENUNAIKAN HAJI
Karena ibadah haji merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan sekali saja dalam hidup ini, maka setiap muslim harus menunaikan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, sangat diperlukan motivasi yang lurus dan benar. Motivasi ibadah haji sebagaimana ibadah-ibadah lainnya dalam Islam adalah ikhlas karena Allah dan dalam rangka memperoleh ridha-Nya.
Apabila keikhlasan sudah tertanam kedalam jiwa calon haji, maka meskipun pelaksanaannya berat dan memerlukan pengorbanan harta, tenaga, waktu, perasaan bahkan nyawa sekalipun, seorang muslim akan dengan terasa ringan dalam melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Namun tanpa keikhlasan, jangankan ibadah yang berat seperti tawaf yang berdesakan, wuquf yang panas, melontar yang penuh resiko dan sebagainya, ibadah yang ringanpun sangat terasa berat untuk bisa dilaksanakannya. Keharusan kita berlaku ikhlas dalam motivasi beribadah difirmankan Allah yang artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS 98:5).
Keikhlasan ini harus dijaga dan dipelihara tidak hanya pada waktu sebelum menunaikan atau saat menunaikan haji, tapi juga sesudah menunaikan haji, hal ini karena sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita kalau seorang haji menggunakan gelar haji dan dipanggil dengan gelarnya itu, maka kalau kita tidak dipanggil dengan gelar haji, kita merasa tidak masalah, tidak tersinggung, tidak kesal dan sebagainya hanya karena tidak dipanggil Pak Haji atau Bu Haji.
Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa sebesar apapun pengorbanan yang kita lakukan, menunaikan ibadah haji membuat kita tidak melakukan sesuatu yang amat mulia dan memberi keberuntungan, tidak hanya di akhirat, tapi juga di dunia ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)